Saturday, August 13, 2011

Asha Bhosle


Asha Bhosle lahir di Sangli 8 September 1933 adalah penyanyi wanita India yang dikenal sebagai penyanyi playback dalam film-film Bollywood. Karier sebagai penyanyi profesional dimulai sejak berusia 11 tahun pada tahun 1943. Lagu pertamanya adalah "Chala chala navabala" untuk film bahasa Marathi, Mazhe Bal yang dinyanyikan bersama adik laki-laki dan saudara perempuannya.Lata Mangeshkar adalah kakak kandungnya.
Asha Bhosle adalah penyanyi serba bisa. Selain menyanyikan musik film, ia juga menyanyikan lagu berirama pop, ghazal, bhajan, qawwali dan Nazrul Geeti. Ia telah bernyanyi dalam hampir semua bahasa yang ada di India, dan juga bahasa Inggris. Berkaitan dengan ulang tahunnya yang ke-60, Asha Bhosle menerbitkan buku berisi daftar lagu yang pernah direkamnya. Semuanya ada 10.700 lagu berbahasa Hindi, namun penerbit tidak bisa memperoleh data lagu-lagu dalam bahasa lain yang pernah dinyanyikannya. Dalam wawancara, Bhosle sendiri mengaku telah menyanyikan sekitar 12.000 judul lagu
Lata Mangeshkar, sang kakak pernah tercatat dalam Guinnes Book of World Records dari 1974 hingga 1991 sebagai penyanyi dengan jumlah rekaman lagu terbanyak di dunia. Walaupun demikian, sumber-sumber lain meragukan catatan rekor Guinness Book, dan menyatakan Bhosle lebih banyak merekam lagu daripada Mangeshkar. Bhosle sendiri mengklaim dirinya telah merekam lebih banyak lagu dibandingkan penyanyi lain di dunia, sejumlah 12.000 lagu.

Biografi

Asha dilahirkan di Goar, sebuah desa kecil di Sangli, Maharashtra. Kedua orang tuanya adalah orang Marathi yang menggemari musik. Ayahnya bernama Deenanath Mangeshkar, seorang penyanyi klasik dan aktor kelahiran desa Mangeshi di Goa. Ketika Asha berusia 9 tahun, ayahnya meninggal dunia. Keluarganya pindah dari Pune ke Kolhapur, sebelum akhirnya menetap di Bombay. Asha dan kakak sulungnya, Lata Mangeshkar mulai menyanyi dan main film untuk menghidupi keluarga. Lagu film yang pertama dibawakan Asha Bhosle adalah Chala chala nav bala untuk film berbahasa Marathi berjudul Majha Bal (1943). Datta Dawjekar adalah komponis untuk film tersebut. Karier sebagai penyanyi film Hindi dimulai dari lagu Saawan aaya untuk film produksi tahun 1948, Chunaria karya Hansraj Behl.
Asha menikah pada usia muda, 14 tahun. Ia kawin lari bersama Ganpatrao Bhosle yang saat itu berusia 31 tahun. Ganpatrao adalah sekretaris pribadi Lata Mangeshkar. Asha memulai karier menyanyi dalam film Chunaria berkat dorongan suami. Bhosle selanjutnya mendapat dua lagu untuk film Raat Ki Rani (1949). Pernikahannya ternyata tidak berumur panjang. Setelah berpisah dengan suami, Asha sendirian mengasuh dua anak sambil mengandung anak ketiga bernama Anand. Sebagai sumber nafkah, Asha meneruskan kariernya sebagai penyanyi playback. Lagu-lagu untuk peran utama wanita dalam film-film besar waktu itu didominasi oleh penyanyi playback seperti Geeta Dutt, Amirbaj, Shamshad Begum, Zohrabai Ambalewali, dan kakak Asha sendiri,Lata Mangeshkar. Ketika penyanyi playback ternama tidak mau menyanyikannya, lagu-lagu itu baru menjadi bagian Asha Bhosle, misalnya lagu-lagu untuk peran wanita nakal di film, dan lagu-lagu untuk film kualitas kelas dua.
Pada tahun 1950-an, Asha Bhosle sudah menjadi penyanyi playback yang paling banyak menyanyikan lagu di Bollywood, walaupun sebagian di antaranya untuk film kelas B dan C yang diproduksi dengan biaya murah. A. R. Qureshi, Sajjad Hussain, dan Ghulam Mohammed adalah pencipta dari lagu-lagu yang dibawakannya waktu itu, dan sebagian besar di antaranya tidak ada yang sukses. Nama Asha Bhosle mulai mencuat setelah bernyanyi untuk film Sangdil (1952) yang dibintangi Dilp Kumar. Pencipta lagunya waktu itu, Sajjad Hussain. Selanjutnya, sutradara Bimal Roy memberinya kesempatan untuk bernyanyi dalam film Parineeta (1953). Lagu "Gore gore haathon mein" dari film Parineeta (1953) adalah lagu hit pertama untuk Bhosle. Raj Kapoor memintanya untuk berduet bersama Mohammed Rafi dalam Nanhe Munne Bachche untuk film Boot Polish (1954).
Pada tahun 1956, komponis O P Nayyar memberinya kesempatan bernyanyi dalam CID. (1956) yang diproduksi oleh Guru Dutt. Bhosle masuk dalam deretan penyanyi sukses setelah membawakan lagu yang diciptakan O. P. Nayyar dalam film Naya Daur. Kerja sama O. P. Nayyar dan Bhosle menghasilkan berbagai lagu terkenal. Setelah namanya dikenal, Bhosle baru diberi kesempatan membawakan lagu-lagu karya  Sachin Dev Burman dan Ravi.
Pada tahun 1966, karier Asha Bhosle menanjak setelah berduet bersama Mohammed Rafi dalam film laris Teesri Manzil yang musiknya ditangani RD Burman. Kerja sama Asha dan R. D. Burman menghasilkan sejumlah lagu hit sepanjang tahun 1970-an dan berakhir dengan perkawinan. Sepanjang tahun 1960-an hingga 1970-an, Asha adalah penyanyi playback untuk Helen yang waktu itu penari Bollywood paling terkenal. Piya Tu Ab To Aaja dari film Caravan), O Haseena Zulfon Wali dari fim Teesri Monzil, dan Yeh Mera Dil dari Don adalah beberapa judul lagu yang pernah dibawakan Bhosle pada tahun 1970-an.
Dalam film Umrao Jaan (1981) dan Ijazaat (1987), hosle menyanyikan lagu berirama ghazal, dan memenangi National Film Award untuk Penyanyi Plyaback Terbaik. Karier Asha Bhosle terus berlanjut hingga tahun 1990-an, termasuk dalam film Rangeela pada tahun 1995. Pada tahun 2005, Bhosle berusia 72 tahun dan masih menyanyi untuk film berbahasa Tamil, Chandramukhi, dan lagu pop Lucky Lips untuk film Lucky yang dibintangi Salman Khan.

Ecky Lamoh

Ecky Lamoh adalah rocker Indonesia dengan nama lahir Alexander Theodore di Jakrta tanggal 13 Juli 1961, sekarang dia adalah seorang penyanyi rock solo dan mantan vokalis grup Rock Edane dan Elpamas. Nama Eki adalah kependekan dari penggilan keluarga yang biasa memanggilnya Leki ( panggilan sayang keluarga, kependekan dari Alexander). Dan Lamoh , adalah marga dari leluhur Eki yang berasal dari Minahasa Sulawesi Utara.
Karena sewaktu Eki masih berusia dua tahunan yang baru belajar bicara dan belum bisa menyebut Leki, maka hanya Eki yang terucap dari mulut kecil yang masih cadel itu. Hingga sekarang, orang biasa mengenal dan memanggilnya dengan nama, Eki Lamoh.

Awal karier

Orang pertama yang melihat bakat Eki yang luar biasa adalah Neneknya, Tora Fischer. Tora Fischer menganjurkan agar Eki terus berlatih lagu - lagu klasik dan memberi saran agar Eki tidak mengikuti jalur musik orang tuanya, yaitu Hawaiian,Jazz dan Blues. Karena menurut neneknya yang lahir di Pulau Rimau, Banyu asin, Palembang yang sekolah lalu menikah dengan Hans Milbradt di Jerman (1904 - 1932) itu, musik Jazz adalah musik budak dan belum mendapat tempat di kalangan elit. Akan tetapi Eki Malah melenceng ke jalur Blues yang berkembang ke Hard Rock and Roll.
Berkat kejelian Sahabat ayah Eki yang sudah dianggap seperti pamannya sendiri, Yaitu Almarhum Leo Fiolle seorang camera man legendaris Indonesia, Pada tahun 1973 Eki yang beusia 12 tahun mendapat peran di dalam film "Pencopet" Sophan Sophian pemeran utama pria sebagai tokoh Kadir dan Widyawati. Di dalam film pencopet dan Eki memerankan tokoh Kadir kecil.
Pada tahun 1976, Eki yang belajar vocal hanya dari mendiang ibunya yaitu Elisabteh ottillie towa Milbradt, sudah mulai mencoba mencipta lagu bersama temannya Tommy WS. Tommy yang bersama Christ Kayhatu teman - teman kumpulnya Eki pada saat mereka ( Tommy dan Christ ) bergabung dalam kelompok vokal Emerson dan menjadi juara 1 lomba cipta lagu remaja Prambors ke 2 (LCLR) di tahun 1978, semakin bersemangat untuk membuat album bersama Eki. Di Tahun 1979, Leo Fiole adalah orang pertama yang membiayai untuk membuat album Rekaman Eki bersama Almarhum Tommy Wahyudin Sabah sahabat sekaligus guru Eki di bidang mencipta lagu. Namun, album itu tidak selesai. Pada Akhir Tahun 1979 dan awal 1980 Tommy dan Eki meneruskan album yang tertunda ke dapur rekaman dan di biayai oleh Keponakan Leo Fiolle, yaitu Zul Barmansyah. Sayangnya, sampai sekarang album itu tidak pernah dirilis.
Antara tahun 1980 - 1981 Eki mulai bergabung dengan teater September pimpinan Ali Shahab (Father of Indonesian production house) bersama bintang-bintang legendaris Indonesia seperti Rahayu Effendi, Ali Shahab, Wolly Sutinah ( Mak Wok ) A. Hamid Arif, Danna Christina, Aminah Cendrakasih, Jaja Mihardja, Nirin Kumpul, Yani Wulandari, Mat Tuyul, M.Toha, M. Nasir, Dorman Borisman, Septian Dwicahyo dll. Setahun kemudian, Rumah Produksi Pertama Di Indonesia yang bernama September Promotion Pimpinan Rahayu Effendi dan Ali Syahab, Memproduksi komedi Betawi karya dari Jaja Miharja yang berjudul Juragan Sulaiman, yang judul aslinya adalah Perawan Syaraf ( Jin Tomang ). Di dalam cerita juragan Sulaiman, Eki mendapat peran menjadi Romli sang Jagoan pemilik Jin Tomang. Banyak karya Teater September untuk Televisi yang dilahirkan pada saat Eki bergabung denganTeater September hingga tahun 1983.

Karier Musik Rock

Di tahun yang sama, Eki yang tidak pernah berhenti bermusik mulai memperlihatkan bakatnya yang luar biasa kepada publik melalui jalur musik Rock yang Eki tekuni secara diam – diam sejak usia 9 tahun. Di mana kala itu ada beberapa kelompok musik yang berasal dari Inggris seperti Deep Purple dan Led Zeppelin yang sangat memengaruhi pembentukan Eki sejak masih usia dini itu. Pada tahun 1984, Eki yang sudah bermain band kesana kemari selalu mencari tempat untuk meledakkan pengendapan alam bawah sadarnya akan musik. Hingga di tengah tahun 1984 Eki membentuk band dengan teman – teman di daerah kelahirannya yaitu Jakarta. Hingga awal tahun 1986, Eki membuat band bernama AERO dengan Adi Putra salah seorang mantan pemain Bas dari grup terkenal Jakarta Yaitu Hoocker man dan Ramdan seorang guru gitar klasik. Di pertengahan Tahun 1986 Eki bergabung dengan Elpamas grup asal Pandaan Jatim hingga 1988. Di tahun Yang sama Eki juga bergabung bersama Ekki Soekarno musisi legendaris di dalam Kharisma Indonesia yang juga mempertemukan Eki dengan Eet Sjahranie dan menghasilkan satu album yang di beri nama EDANE dengan Hitsnya seperti lagu Ikuti dan The Beast. EDANE yang juga adalah pelopor Hard Rock and Roll Indonesia itu, hanya bertahan satu album saja.Di tengah tahun 1988 Eki mencoba membuat band lagi namun tidak menghasilkan apa-apa.
Tahun 1989, Eki menemui Jockie Surjoprajogo seorang keyboardis dan penemu bakat Legendaris untuk membuat album rekaman, Jockie yang juga keybordis dari band God Bless itu, menyarankan agar Eki menemui Jimmy Doto, seorang Produser yang mau memproduksi album Eki Lamoh dengan kesepakatan musik digarap bersama - sama dengan Eet Sjahranie.
Di era itu, Indonesia yang budaya masyarakat musiknya dibentuk oleh para pedagang yang tidak mengerti seni secara luas, memiliki budaya sendiri bahwa vocalis harus ada musisi lain yang menggarap album musiknya. Dan Eki hanya meng-iyakan saja ketika hal itu disampaikan oleh produsernya. Pada pertengahan penggarapan album, Eet yang ditunjuk menjadi musik Direktor itu, mengajukan usul agar album ini namanya album "Eki Lamoh dan Eet Syahranie". Eki setuju – setuju saja. Jimmy Doto yang begitu aktif untuk menjadi bagian yang terdalam dari proyek ini, mengusulkan nama "E & E" sehingga menjadi album duo. Eki juga menyetujui itu. E & E mengalami perkembangan dalam nama pada saat proses rekaman itu berjalan. Hingga sekarang orang mengenal grup band itu bernama EDANE.
Di tahun 1993 Eki bergabung di dalam grup Forum bersama Tantowi Yahya Father of Indonesian country music Union ( CMCI) bersama puluhan artis lain
Masih Di tahun 1994 Eki membuat album dengan ELPAMAS dengan Judul BOSS (Rock and roll ) dan di dalam album itu pula, lagu blues berbahasa inggris pertama di Indonesia yang terdata di Yayasan Karya Cipta Indonesia ( YKCI ) dan dikemas di dalam bentuk pita kaset berjudul Melancholy Blues Ciptaan Eki Lamoh dan Elisabeth Milbrads, diedarkan.